I Thought About | Fathers and Daughters


Bukan mau sok-sok-an mengulas film, tapi hanya ingin mencurahkan keanehan yang dirasakan sesaat setelah menonton film ini.

Saya udah nungguin film ini tayang dari beberapa minggu lalu. Kemarin-kemarin, sering kali bolak balik ngecek jadwal di 21cineplex karena kala pertama kali liat posternya, judulnya, dan aktornya, langsung ngebet banget buat nonton.

Fathers & Daughters, judulnya berhasil membuat saya penasaran dan langsung antusias. Yap, saya suka sama film-film yang bertema tentang keluarga. Film-film kayak gini seringnya berhasil memotivasi dan bikin mood saya entah kenapa jadi cepat membaik dan bersemangat kembali, meskipun biasanya bawaan filmnya mellow, haha.

Makin tambah penasaran lagi ketika tau kalau Gabriele Muccino, director film ini juga terlibat di film dengan genre serupa pada tahun 2006, yaitu The Pursuit of Happyness (salah satu film favorite saya). Whoaaa, makin menjadilah saya, menggebu-gebu banget buat segera nonton.

But, I really disapointed because...

Ekspetasi saya tentang film ini nggak sesuai pada akhirnya :( Terutama soal pembawaan cerita & latar belakang bagaimana konflik di film itu bisa terjadi. Meskipun untuk urusan akting, Russel Crowe dan Amanda Seyfried udah oke & dapet banget sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Russel Crowe, ke-bapak-annya dapet banget (kemudian meleleh) aaaand Amanda Seyfried bisa dapet banget meranin mbak-mbak yang kayaknya lugu tapi njug bitchy ketagihan sex (di film ini cukup sering keluar scene macem begitu -_-")

Film ini menceritakan seorang anak perempuan yang pada saat dewasanya punya masalah soal perasaan cinta. Katie Davis (tokoh utama perempuan), nggak bisa memahami dan merasakan apa itu perasaan cinta. Hatinya kering dan susah banget buat jatuh cinta, ya gimana bisa jatuh cinta, orang dia nggak ngerti perasaan cinta itu kayak gimana.

Dia yang dulunya sewaktu kecil mendapatkan kasih sayang luar biasa dari ayahnya yang single parent karena ibunya meninggal saat kecelakaan mobil yang dikendarai oleh ayahnya sendiri. Dan pada akhirnya, ayahnya juga meninggal nggak lama setelah berhasil menyelesaikan novel berjudul Fathers & Daughters. Novel itu menceritakan tentang mereka berdua, seorang ayah & anak perempuannya.

Oke, latar belakang masalah yang bisa saya tangkap secara garis besar di film ini adalah :

Kasih sayang yang luar biasa dari ayahnya yang kemudian tiba-tiba meninggalkannya, membuat dia pada akhirnya saat dewasa trauma & terlalu takut untuk merasakan cinta dan berkomitmen pada seorang laki-laki.

Itu sebabnya dia sering melakukan sex dengan pria yang bahkan dia sendiri sama sekali nggak mengenali pria itu. Meskipun pada akhirnya, munculah sesosok pria yang mirip banget sama ayahnya, yang akhirnya berhasil membuatnya jatuh cinta. Tapi disana juga nggak terlalu dapet sih momen jatuh cintanya kayak apa. Kenapa dia bisa segitunya dingin hatinya. Setelah ayahnya meninggal, ada kejadian apa di hidupnya yang makin memperburuk perasaannya? Itu nggak adaaaa :(

From : The Film Stage

Alhasil, yang tadinya saya membayangkan bakal nangis berdarah-darah, itu nggak terjadi sama sekali. Di akhir film, cuman bisa mengernyutkan dahi. Hahaha. Yaaah, pada akhirnya cuman bisa menikmati momen ke-bapak-annya Russel Crowe aja deh. Selain itu, hmmm, biasa-biasa aja.

Next, pengen nonton film Indonesia yang kayaknya oke, berjudul Surat Dari Praha. Semoga yang ini nggak mengecewakan, karena pemainnya juga oke-oke semua. Yihaaa!

Posting Komentar

Instagram

Dari Ajengmas. Theme by STS.